Kot……krokot…krokot…krokokot……kung begitu seterusnya saling bersahut-sahutan meloncat, terjun, berenang sesuka hati, bergelayutan Si Kodok bulet, cebol bin gembul itu( yang akrab dipanggil pak Gembul dan istrinya adalah Bu Gembul) bersama keluarganya, pada batang bunga tunjung warna-warni yang tumbuh di telaga Madu di Taman Angsoka tempat pencari damai……
Terdengar santer suara Kung…tatkala bumi mulai redup, pertanda apa ya? begitu pak Gembul bertanya pada anak-anaknya……keeeeeeeeeeeeeek (serentak anak-anaknya menimpali) Ibu gembulpun datang ikut nimbrung disamping grombolan anak-anaknya sambil membantu anak-anaknya menjawab pertanyaan bapaknya: pertanda hujan……hujan toh begitu ia menjawab dengan gaya yang lucu memecah keheningan tatkala anaknya sedih melihat bumi mulai mendung. Salah satu dari anaknya yang paling bontot angkat bicara: “Ayah…… a..a.ku takut ……yah. Sementara itu kakak-kakaknya tertawa geli , kek…..kek…..kung….kek…kek….kung wow……..adikku tercinta ini bagus………ini bagus, Si bungsu melompat ke punggung ibunya menghindar……dari……..kakak-kakaknya……yang……..sudah…..mentertawakannya. Krokokot……krokot……krokot……krokokot……kung, begitu bapak ibunya menghibur dan menjelaskan dengan kasihnya: hai anakku hujan turun bagi kita bangsa kodok adalah kedamaian………itu pertanda akan banyak air tempat kita berenang ….dan pastinya akan banyak makanan……….Tenang ya anakku kakak-kakakmu pasti membantumu ok.!..........seraya menyahut dengan suara kecil iii…..ya pak. kek…..kek….. kung …. kek…kek….kung. sssstt sudahlah cukup…..dulu……mentertawakan……adikmu……mari….kita bersenang-senang lagi. Krokokot……krokot………krokot………krokokot……kung keek.
Kot…krokot…krokot……krokokot…kung keek begitulah nyanyian khas keluarga Pak Gembul.
Pada saat anak-anaknya mulai satu persatu menghentikan nyanyiannya si Gembul mulai merenungi hidupnya bersama istrinya: “Bu akankah telaga madu ini tetap disini dan seperti ini selalu dilimpahi air dan makanan? Entahlah Pak…….jawab Bu Gembul…….mendesah. Baik……ach…..mari kita tidur selama rumpun tunjung ini masih rimbun disini pasti kita bisa hidup toh ( begitulah si Gembul yang terlena dan merasa ada pada zona nyaman dan tak pernah tahu kemajuan jaman , segalanya pasti bisa berubah ) jangan dipikirkan …………agar besok pagi kita bersenang-senang lagi bersama anak-anak ya bu. “Baiklah Pak”.
Di sisi lain ada bangsa Lebah, Tawon, Kupu-kupu telah membangun jaringan dengan pengaturan yang rapi datang berduyun-duyun memanfaatkan peluang yang ada di Telaga Madu, yang diketahuinya bukan melalui berita TV, Radio, Internet ataupun surat kabar, melainkan dari gemuruhnya nyanyian kodok dan semerbak bau bunga-bunga Tunjung berwarna-warni yang sedang bermekaran pastinya.
Ratu dan Raja Lebah kini sudah mengerahkan bala-balanya untuk turun dan melebarkan jaringannya untuk dapat memproduksi madu yang banyak. Suatu saat sebelum turun ke wilayah penuh bunga-bunga harum, terdengar suara lantangnya Raja dan Ratu Lebah memimpin dengan motivasinya: “Wahai ……..bala-balaku tetaplah melangkahlah pasti, tetaplah pada tujuan awalmu adalah…I..M…..P…..I….A….N…bagaimana?.......jelas? …seraya semuanya menyahut dengan mantap …j…e…l…a…s!. “Good and jangan kau gentar sama Tawon, Tawon kuning maupun Kupu-kupu yang hanya bisa mempercantik sayapnya saja…..betapapun cantiknya mereka tetaplah pada tujuan awal ….apa? Semua menjawab: I ……M….P….I….A….N … paduka. Good…….good…..let’s go now…..
Nah ……tahukah pembaca apa yang terjadi, berkat persiapan yang matang, dan kondisi yang fit dari asupan madu murni hasil produksinya mereka memang membawa hasil yang bagus pada saat kembali ke sarangnya. Ratu dan Raja Lebah mangut-manggut damai kegirangan seraya berkata……oh…..good….very good. Excellent. Ratu dan Raja Lebah kini tidak usah bekerja keras lagi karena sistemnya sudah kuat, anak, cucu, cicit saudara-saudarinya sudah semuanya membangun usaha ini dengan baik dan konsisten karena semuanya mau seperti Raja dan Ratu lebah pemimpinnya itu. Oh…..nampaknya semua ingin pensiun muda, tak ingin menunggu masa pensiun lebih lama dan terikat dengan segala peraturan-peraturannya..
Lebah dewasa nan cantik………..terbang kesana kemari sedikit nyantai bergumam pada temannya, wahai teman tampaknya aku harus memilih harus bekerja keras dulu dech, dimasa mudaku ini, why…..kenapa? …….ich gaya banget……bahasamu teman………ya iyalah………. Secara gitu loh, hari gini mau maju kok hanya satu bahasa …… tingkatkan selalu dong step by step ha…ha sambil bercanda sembari berguman…..punya impian kuat tapi satu bahasa. Habis …..itu si teman terbang dengan lucunya di depan si cantik……….bagaimana dooong pertanyaanku bisa dijawab tidak? Oh……of course ……ha….ha begitu….baru benar…..terus…terus…pakai bahasa moderenmu ya…..niscaya kamu semakin maju cantik. Yach……kapan aku jawab pertanyaanmu teman, baiklah teman…..tahukah kamu hatiku sedih melihat di luaran sana…..masak sudah pensiun……..oh masih cari-cari kerjaan ….. tidak ada waktu bersenang-senang, jarang bisa bertemu dengan cucunya. Wah jauh sekali mikirnya…..pikir aja apa yang terjadi sekarang, please dech. Oh…teman, pemikiranmu itu… mirip sekali dengan teman-teman penjaga kolam itu. . Siapa….seperti siapa…..ach sahut si teman menggerutu se…..se…seperti yang………………………………………………….. krokokot…krokot…krokot……krokokot…kung itu loh, sambil terbang dengan lincahnya. Oh si bangsa kodok rupanya, kenapa memangnya mereka….. cantik? Mereka itu hanya hidup untuk makan, kalau sudah kenyang…..puas, walaupun makannya seadanya, iya kan? Mereka terlena dalam zona nyaman, dan konsisten di satu tempat. Lain bangsa kita (melengos dengan bangganya ), makan adalah untuk hidup, bangsa yang… pintar, cerdas dan kuat pula, makanannya saja sari madu bunga-bunga harum, bisa memproduksi madu dan dapat menyenangkan bangsa manusia pula toh? Tiada hari tanpa inovasi, selalu hinggap di tempat yang indah, tidak hanya tunjung, bunga kasturi, melati …..sampai Sandat(Kenanga)
Si teman memandangi temannya selain lincah, cantik, cerdas pula dan sudah bisa memikirkan masa depan……..oh betapa beruntungnya ya yang menjadi keluarganya. Ternyata benar semua ada waktunya . Makanya pada waktu belajar pergunakanlah dengan baik agar kelak bisa bebas waktu dan bebas segalanya. Ya Tuhan Maha Agung Engkaulah penyebab segala yang ada di Dunia ini, terimakasih atas karuniaMU ( Penulis Cerita Ibu Sukeni
Ini cerita pertama yang ku tulis (mohon petunjuk) Sang Pembaca budiman.Selamat membacaaaaaaaaaaaaaa.
saat Ibu Sukeni menceritakan kembali cerita dalam Lomba dan kalah. Tapi tak ingin kecewa mau belajar lagi menulis cerita tunggu ya tulisan berikutnya.
Jangan lupa komentarnya ............ Terimakasih.